WEBINAR BEASISWA THE SERIES TIMUR TENGAH (Catatan Hidup dan Belajar)
Sabtu, 26 Juni 2021 Ma’had Al-jami’ah UIN KH. Achmad Siddiq Jember menyelenggarakan Workshop Beasiswa Timur Tengah season 2. Pada season 2, webinar dimeriahkan oleh 3 pembicara inspiratif yang memperoleh beasiswa Timur Tengah, mulai dari jenjang S1, S2, hingga S3.
Pembicara pertama oleh Amir firmansyah, M.Th.I penerima beasiswa S1 Tunisia, dan sekarang sedang menjalani pendidikan S3 di Universitas Hasan Tsani Casablanka, Maroko Melalui Jalur mora scholarship kemenag 5000 doktor. Amir mengatakan
“Selalu ada cerita dan tantangan kuliah di luar negeri. Perlu kesabaran dan jalani kehidupan mengalir sesuai takdir”
Amir menambahkan, “Uang beasiswa yang diperoleh terkadang tidak cukup untuk hidup selama di luar negeri, maka mahasiswa perlu kreatif dan putar otak untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Sekaligus di sisi lain, dapat membawa manfaat bagi sesama. Mulai dari menjadi pengajar ngaji, pengajar tari tradisional Indonesia, dan mengikuti berbagai kegiatan-kegiatan sosial.”
Selanjutnya pembicara yang kedua adalah Aris Mahmudi, MA, alumni S2 KIFAL Sudan, penerima Beasiswa Mora Scholarship Kemenag RI. Aris menceritakan tentang pengalamannya memperoleh beasiswa. Yaitu dimulai dari mengikuti seleksi administrasi, seleksi tulis, seleksi wawancara, kemudian pengumuman yang begitu menegangkan. Tentu saja untuk melewati semua tahapan-tahapan ini, membutuhkan persiapan yang matang.
Sekilas tentang kuliah di sudan, Aris menceritakan, “Banyak syeikh-syeikh ‘alim di Sudan. Sehingga mahasiswa dapat menimba ilmu sebanyak yang dia mau. Tidak hanya di bangku kuliah, namun di majlis-majlis ilmu yang para ulama’ adakan.”
Aris juga memberikan Gambaran perkuliahan disana yang menggunakan pendekatan teacher centered learning, yaitu dosen berceramah dan mahasiswa mendengarkan. Presentasi mahasiswa hanya dilakukan sesekali. Sangat berbeda dengan di Indonesia.
Pesan penting yang disampaikan oleh Aris, “Apapun yang akan kita lakukan, hendaklah meminta ridho orang tua. Jika Orang tua sudah Ridho, maka jalanmu akan lebih mudah.”
Apalagi berkaitan dengan kuliah di luar negeri, kita akan datang ke tempat yang asing, bertemu orang yang asing, menempati lingkungan yang asing, dan budaya yang asing. Maka dari itu, mintalah ridho orang tua ketika menentukan pilihan untuk kuliah di liar negeri. Hal ini juga diungkapkan oleh pemateri ketiga, Darma Ami Fauzi, Lc Alumni Universitas al-Azhar 2019, Penerima beasiswa bait zakat kuwait 2019.
Darma mengatakan, “Sukses bukan karna usaha kita sendiri, Bersandar pada Allah, Doa orang tua, dan doa guru.”
“Yang penting bukan di mana belajar, tapi bagaimana belajar. Tidak peduli belajar di dalam negeri atau di luar negeri, yang perlu ditata pertama kali adalah niat. Niat itu seperti surat, salah tulis alamat akan sampai salah tempat. Jadi, sebelum berangkat, niat itu sudah harus ditata dan diperbaiki. Jangan sampai, sudah berangkat untuk belajar jauh-jauh ke luar negeri, tapi tidak mendapatkan hasil apa-apa. Untuk menguatkan niat ini, maka carilah lingkungan yang tidak akan membuatmu lupa akan niat awal belajar, yaitu belajar demi menggapai ridha Allah swt” pesannya.
Selain niat yang kuat, perlu menyiapkan mental sekuat baja. Karna kembali lagi, bahwasanya hidup di Negara orang, kita akan menjumpai orang, lingkungan alam, sosial, dan budaya yang berbeda. Disamping itu, perlu juga memperbanyak relasi, agar berkembang wawasan mahasiswa selama di luar negeri.
Sekilas tentang kuliah di al-Azhar. Sangat berbeda dengan di Indonesia, ternyata kuliah disana tidak ada absen loh. Jadi mahasiswa sudah sadar betul akan tanggung jawabnya untuk belajar. Bukan hanya sekadar kuliah dan mendapatkan status mahasiswa. Bagaimana? Tertarik kuliah di luar negeri?
Mudrikah
